Tri Heni Astuti Ketua Reyog Putri mendapat potongan tumpeng dari bunda Lisdyarita disamping ketua Granat Jatim, Granat Ponorogo dan kepala Disbudparpora |
Agung Nugroho SH, Ketua Granat Ponorogo menjelaskan capaian satu dekade atau 10 tahun keberadaan Reyog Putri satu satunya ini merupakan hal yang luar biasa. Dimana kesenian yang identik dengan kaum pria bisa dimainkan oleh wanita dan terus bisa eksis.
Dirinya juga menyebut adanya raih prestasi sebagai warisan dunia tak benda dari UNESCO atas Reyog Ponorogo tak lepas dari keberadaan Reyog Putri dimana salah satu syaratnya kesenian bisa dimainkan laki laki dan perempuan.
" Keberadaan Reyog Putri ini membuktikan bahwa kesenian Reyog bisa dimainkan oleh laki laki dan perempuan" jelasnya.
Disisi lain Agung Nugroho menjabarkan adanya bahaya narkoba yang semakin menghawatirkan juga jadi atensi pemerintah sehingga sengaja perhelatan ulang tahun Reyog Sardulo Nareshwari ke 1 dekade ini sengaja di bersamaan dengan sosialisasi anti narkoba dari Granat.
" Kita komitmen untuk terus menggempur narkoba, kita berikan sosialisasi atas bahayanya penggunaan narkoba yang mengancam bangsa termasuk ke komunitas reyog " jelasnya.
Tri Heny Astuti ketua Reyog Putri menjelaskan bahwa perjalanan 10 tahun Reyog ini tentu atas kerja sama dan dukungan dari semua pihak termasuk dari para bapak bapak yang mendukung ibu ibu ikut reyog putri. Dirinya juga berharap agar Reyog Putri Sardulo Nareshwari selalu dicintai tumbuh berkembang bersama masyarakat.
Tampilan Reyog Putri Sardulo Nareshwari yang pembarong, bujangganong, warog, klono dan penari jathilnya semua perempuan |
"Awalnya keberadaan kita dipandang sebelah mata, dianggap Reyog Putri ini menyalahi kodrat, tetapi berkat perjuangan kita bersama masih berdiri dan bermanfaat kepada Ponorogo" jabarnya.
Sementara ketua Granat Jawa Timur Dra. Arie Soeripan, MM, yang sengaja hadir menyampaikan pesan mendalam atas bahaya narkoba yang harus dihindari.
Dirinya juga menjabarkan bahwa kesenian Reyog adalah punya kita bersama sehingga perlu dilestarikan oleh seluruh masyarakat. " Kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan kesenian yang sudah mendunia ini" jelasnya.
Demikian halnya dengan Bunda Lisdyarita yang hadir pada kemeriahan 10 tahun Reyog Putri Sardulo Nareshwari. Dirinya mengaku salut atas adanya Reyog Putri ini.
'Kita semua harus bersatu gotong royong untuk bersama melestarikan kesenian Reyog Ponorogo yang luar biasa ini" ungkapnya
Dirinya salut atas eksistensi dan keberadaan Reyog Putri yang sekarang sudah jadi pusat perhatian dunia. " Terlebih kesenian ini bisa dimainkan oleh wanita sehingga kedepan terus eksis dan semoga semakin luar biasa" jelasnya. (Jun/red)
Posting Komentar